Sifat-Sifat Limbah Dalam Golongan B3 (Bahan Beracun Berbahaya) Adalah

Sifat-Sifat Limbah Dalam Golongan B3 (Bahan Beracun Berbahaya) Adalah

%PDF-1.4 %Çì�¢ 5 0 obj <> stream xœ+T0Ð3T0 A(�œË¥d®�^ÌU䙚Yšë™)èš[‚hsK#¸*—|®@ ù|Gendstream endobj 6 0 obj 58 endobj 12 0 obj <> stream xœ+T0Ð3T0 A(�œË¥d®�^ÌU䙚›Yê™)èš[šisK#¸*C—|®@ Ìtendstream endobj 13 0 obj 60 endobj 18 0 obj <> stream xœ+T0Ð3T0 A(�œË¥d®�^ÌU䙚[XèY(èš[šë™Ì-�઀,—|®@ tendstream endobj 19 0 obj 59 endobj 24 0 obj <> stream xœ+T0Ð3T0 A(�œË¥d®�^ÌUÈâ›[(˜š›(¥*„+äq*€ø& ºæ–†æzf05P­Ff .ù\�` –øOendstream endobj 25 0 obj 75 endobj 30 0 obj <> stream xœ+T0Ð3T0 A(�œË¥d®�^ÌU䙚˜ë)èš[šë™Ì-�ઌ�\ò¹� hendstream endobj 31 0 obj 60 endobj 36 0 obj <> stream xœ+T0Ð3T0 A(�œË¥d®�^ÌU䙚YèY(èš[šë™Ì-�ઌ-\ò¹� �wendstream endobj 37 0 obj 60 endobj 42 0 obj <> stream xœ+T0Ð3T0 A(�œË¥d®�^ÌUä™Zè™(èš[šë™Ì-�àªLL\ò¹� Ïhendstream endobj 43 0 obj 60 endobj 48 0 obj <> stream xœ+T0Ð3T0 A(�œË¥d®�^ÌUÈâ›[X(˜š›(¥*„+äq*€øf–zf ºæfz&0UPͦ .ù\�` Á Äendstream endobj 49 0 obj 77 endobj 54 0 obj <> stream xœ+T0Ð3T0 A(�œË¥d®�^ÌU䙚šéY(èš[šë™Ì-�àªLÍ\ò¹� %tendstream endobj 55 0 obj 60 endobj 4 0 obj <> /Contents 5 0 R >> endobj 11 0 obj <> /Contents 12 0 R >> endobj 17 0 obj <> /Contents 18 0 R >> endobj 23 0 obj <> /Contents 24 0 R >> endobj 29 0 obj <> /Contents 30 0 R >> endobj 35 0 obj <> /Contents 36 0 R >> endobj 41 0 obj <> /Contents 42 0 R >> endobj 47 0 obj <> /Contents 48 0 R >> endobj 53 0 obj <> /Contents 54 0 R >> endobj 3 0 obj << /Type /Pages /Kids [ 4 0 R 11 0 R 17 0 R 23 0 R 29 0 R 35 0 R 41 0 R 47 0 R 53 0 R ] /Count 9 >> endobj 1 0 obj <> endobj 7 0 obj <>endobj 9 0 obj <> endobj 10 0 obj <> endobj 8 0 obj <>stream ÿØÿÛ C ")$+*($''-2@7-0=0''8L9=CEHIH+6OUNFT@GHEÿÛ C !!E.'.EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEÿÀ r£" ÿÄ ÿÄ µ } !1AQa"q2�‘¡#B±ÁRÑð$3br‚ %&'()*456789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyzƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚáâãäåæçèéêñòóôõö÷øùúÿÄ ÿÄ µ w !1AQaq"2�B‘¡±Á #3RðbrÑ $4á%ñ&'()*56789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyz‚ƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚâãäåæçèéêòóôõö÷øùúÿÚ ? õÊ(¢€ (¢€$k,l’(da‚È"²t¯iz-Ä“ØÛå�`±b؃'�ÅlQE€©™iks-Ž´1M72Hˆ©«@ÒÑŠ (¢Š (¢Š (¢Š Áñm³Üi1²ÚÅ‚t–Kp2d@y w<ôö®v÷Å֚݃èúF—s$Ó�$# E‹ÐœÓðuÓx¡ufÓPhm²ëÍRX•À^sœñŽ•ËÚÞø²êsÆ‹<«Ö5‘Y‡ÔÍ"–Ç  * ¸÷>´µ‰áë}rtu˘'ÞTÄ!è¼|݇?ZÛ¦HQE QEÅx¥5(|Q¦Üé/j·2@ñ3�æ s·¯^ ç­ZÑ&ñÚ ]NæÌÃo6+wRCvc#¯¯o;&‡S·Ô¢Ô4Í=/eû9·BXfÝÉÎü¿§ëT´_ Þiwšd¾R‹…g–òèÌImÙýØ^ý‰>¼ÐWCº®SÆ·VÖ’i­s¤�O/ œœ`çèk«'k˜Öž÷Z¯á�FÝ^ K*ºº¯ÆhÜç Öô¨õ5‡ÂÛI-Äj²É®ÂHå~^¾˜Åz,6°Û´­IJÛܪ�¹½O©®!¼9â-NâÚ-gZ·–$YŒq( Ç~z×yHlÏÖtÓ©ØS¨ë,R�®§*1\®¥Œõ7²›û>deš2WåïÉcÁ~PkkÇÍmáKÙmçh$ uÈ<ºƒÈú×�Eƒš6{Ý\Ì@ÝUÉ=ùÛŽ¾¦˜‘ëZ]ªÙi–¶ÑÈ$XaD?ˆŒþ4š‹+YO –4–H_nöÇn¿AšM!¡m"É­ƒcyÛ´c>ø¦jú%ž·n!½�p\íqÃ&F S‹Ó<+­ÞZYˈa„æ-åpW ÷îÎ:Ší´�7û*ÁmÌ­3îgy9vc’y÷4ý3L¶Òl’ÒÍ6B™ÀÎO<“VèŠ)ƒƒ‘@… ô¤gTb Î9¥=(£¯µ;”PEŠ (¢‚ Å QE QE fë©#è—ËBiZ ]ÁŽÓ�Žõɽnjoìf²“JÓâÄP€àRÎ7šì5w¸�I¼{<ý¥`s~}§}q^g.‡§ÚhZ^·uytg¸ºVštl²d1ã#¨ rsÞ‚‘é:”Ún�iiq ’XcXtã ü…\¹™`·’W¤jX�èPðåÌך¤÷šGLîa‚듵ˆ÷?�i²‡R 8¿øY‰Sʹ€]¾ZásÛ®*ÿ …µ84m2Ò7�½ÂÈPIÉ$1-ž�Éí]PÇkh¨Š0F §RA* :P1iN)k2ÇÄZ•ìöÖfYVGò˜"°8Æâ:Ð#L{ÑXö^*Ò5×´µ¼W�I]¸ 1Ý$`þ±@ª:ž§“l³Î²2³„5Ür}ªé¬o½òiѶ—kÍЙJ$‹¸~£\÷ ™~&hH§a¸‘ñ�¢

Prinsip Utama dalam Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan salah satu proses kritis yang memerlukan penanganan khusus untuk memastikan keselamatan manusia dan kelestarian lingkungan. Berikut adalah beberapa aspek kunci yang harus diperhatikan dalam pengangkutan B3:

Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut B3 harus memenuhi standar khusus yang ditetapkan, termasuk persyaratan keselamatan dan keamanan sesuai dengan jenis dan karakteristik B3 yang diangkut. Hal ini untuk memastikan bahwa B3 diangkut dengan aman dan mencegah risiko kebocoran atau kecelakaan.

Pengemudi kendaraan pengangkut B3 harus memiliki kualifikasi khusus, termasuk pelatihan tentang penanganan B3, keselamatan jalan, dan protokol darurat. Asisten pengemudi, yang bertugas mendukung pengemudi dalam memastikan pengangkutan B3 berjalan lancar, juga harus memenuhi kriteria serupa dan tidak diizinkan mengemudi.

Rute yang digunakan untuk mengangkut B3 harus dipilih dengan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk jenis jalan, tingkat risiko bahan yang diangkut, dan kerawanan lingkungan. Hindari melalui daerah padat penduduk, zona risiko tinggi, dan area yang kondisinya tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan pengangkut B3.

Pengangkutan B3 dapat dilakukan baik dalam bentuk curah maupun non-curah. Untuk B3 curah, penggunaan kemasan besar atau kendaraan khusus adalah suatu keharusan. Sedangkan B3 non-curah dapat diangkut dengan kemasan yang aman dan terlindungi, dengan memperhatikan kombinasi kemasan dalam dan luar serta jenis bahan pembungkus.

Regulasi dan panduan yang lebih detail tentang pengangkutan B3 telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, termasuk SK Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725/AJ.302/DRJD/2004. Mematuhi regulasi ini tidak hanya memastikan keamanan pengangkutan tetapi juga membantu dalam pelestarian lingkungan serta mencegah terjadinya kecelakaan yang dapat berakibat fatal.

Pentingnya Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan Tepat

Pentingnya pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang benar tidak dapat diremehkan karena kecelakaan terkait B3 dalam industri sering terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan kesadaran pekerja mengenai cara pengelolaan B3 yang sesuai. Insiden yang berkaitan dengan B3 biasanya melibatkan faktor manusia, metode atau prosedur kerja yang tidak tepat, serta penggunaan peralatan atau bahan yang kurang aman.

Kesalahan dalam pengelolaan B3 dapat berakibat fatal, tidak hanya bagi pekerja itu sendiri tetapi juga bagi lingkungan sekitar, melalui pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu, penerapan prosedur pengelolaan B3 yang benar dan sesuai dengan regulasi adalah suatu keharusan untuk menghindari risiko kecelakaan kerja, menjaga kesehatan pekerja, serta melindungi lingkungan dari dampak negatif penggunaan B3.

Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Terkait dengan Bahan Berbahaya dan Beracun

Faktor sikap dan perilaku pekerja mendominasi sebagai penyebab utama kecelakaan kerja yang berkaitan dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), berkontribusi hingga 60%. Hal ini sering kali dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan pekerja, kelalaian dalam menjalankan tugas, pengabaian terhadap prosedur kerja yang sudah ditetapkan, serta ketidakdisiplinan dalam mematuhi aturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri. Sementara itu, pengawasan yang lemah menempati posisi kedua dengan kontribusi 20%, diikuti oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman sebesar 13%, dan penggunaan alat serta bahan yang berisiko sebesar 7%.

Memperhatikan bahwa faktor manusia merupakan pemicu terbesar terjadinya kecelakaan kerja, maka pentingnya peningkatan kesadaran dan kepatuhan terhadap K3 dalam pengelolaan B3 menjadi sangat krusial. Berdasarkan data dari BATAN, dari hampir 100.000 jenis bahan kimia yang digunakan dalam berbagai industri, hanya sekitar 15% saja yang diketahui dampak bahayanya terhadap manusia secara pasti, menunjukkan batasan pengetahuan yang dimiliki saat ini.

Oleh karena itu, bagi pekerja di industri yang berkutat dengan B3, risiko terpapar bahaya kimia selalu ada. Upaya komprehensif untuk mengurangi atau bahkan mengeliminasi risiko tersebut sangatlah penting untuk menciptakan kondisi kerja yang aman dan sehat, sehingga setiap pekerja dapat menjalankan tugasnya dengan aman dan selamat.

Strategi Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) untuk Keselamatan dan Keamanan

Memastikan keamanan dan keselamatan dalam penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah prioritas utama. Berikut adalah pedoman untuk penyimpanan berbagai jenis B3, sesuai dengan sifat dan risikonya:

LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

Admin dlh | 15 Oktober 2019 | 5690 kali

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:

Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban misalnya.

Kata B3 merupakan akronim dari bahan beracun dan berbahaya. Oleh karena itu, pengertian limbah B3 dapat diartikan sebagai suatu buangan atau limbah yang sifat dan konsentrasinya mengandung zat yang beracun dan berbahaya sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak lingkungan, mengganggu kesehatan, dan mengancam kelangsungan hidup manusia serta organisme lainya.Limbah B3, atau Bahan Berbahaya dan Beracun, mencakup berbagai jenis limbah yang memiliki sifat-sifat yang dapat menyebabkan dampak serius terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Konsep ini melibatkan zat-zat yang memiliki tingkat toksisitas tinggi, serta dapat menciptakan risiko yang signifikan jika tidak dikelola dengan benar. Sifat berbahaya dan beracun ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti industri, rumah tangga, pertanian, dan sektor lainnya.

Dalam sektor industri, limbah B3 dapat dihasilkan dari proses manufaktur, pengolahan kimia, dan produksi berbagai barang konsumen. Senyawa kimia berbahaya, seperti logam berat, pelarut organik, dan bahan kimia industri lainnya, dapat menjadi komponen utama limbah B3 industri. Di sisi lain, rumah tangga juga turut berkontribusi pada produksi limbah B3 melalui penggunaan berbagai produk sehari-hari.

Pada tingkat rumah tangga, beberapa produk yang umum digunakan seperti pembersih rumah, pestisida, cat, dan baterai mengandung bahan-bahan yang dapat dianggap sebagai limbah B3. Penggunaan sehari-hari ini, meskipun terlihat sepele, dapat mengakibatkan akumulasi limbah beracun di tempat pembuangan akhir, dengan potensi merusak ekosistem dan mencemari sumber daya air dan tanah.

Manajemen limbah B3 melibatkan serangkaian langkah, mulai dari identifikasi jenis limbah, penanganan, penyimpanan yang aman, transportasi yang terkendali, hingga pemusnahan atau daur ulang yang sesuai. Pentingnya pengelolaan limbah B3 tak hanya berkaitan dengan keberlanjutan lingkungan, tetapi juga melibatkan perlindungan kesehatan manusia dari paparan zat-zat beracun ini.

Kesadaran masyarakat terhadap limbah B3 menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan berkelanjutan. Edukasi mengenai penggunaan yang bijak, pengelolaan yang tepat, dan pengurangan limbah B3 di tingkat individu dan komunitas dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengatasi tantangan ini. Dengan demikian, pemahaman mendalam mengenai limbah B3 menjadi dasar untuk upaya kolektif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Pentingnya Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) atau Material Safety Data Sheet (MSDS) dalam Pengelolaan B3

LDKB atau MSDS merupakan dokumen esensial yang menyediakan informasi komprehensif mengenai bahan kimia, termasuk karakteristik fisik dan kimianya, potensi bahaya, instruksi penanganan yang aman, dan langkah-langkah yang harus diambil saat terjadi keadaan darurat. Dokumen ini menjadi sangat penting dalam pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagai upaya untuk menjamin keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan.

Menurut peraturan yang berlaku, pembuatan MSDS menjadi tanggung jawab utama dari produsen bahan kimia berbahaya, sebagaimana diatur dalam Standar Komunikasi Bahaya 29 CFR 1910.1200 oleh OSHA. Dokumen ini harus dibuat dan disertakan dalam setiap siklus distribusi bahan kimia, mulai dari produksi, pengangkutan, penyimpanan, hingga penggunaan akhir.

MSDS harus mencakup informasi detail tentang:

PENGERTIAN LIMBAH B3 ( BAHAN BERBAHAYA BERACUN )

Admin dlh | 30 September 2019 | 785123 kali

Gambaran Umum Limbah B3

Dalam melakukan penanganan terhadap limbah, penting untuk diketahui bahwa ada jenis-jenis limbah yang ternyata sangat mengancam lingkungan dan kesehatan manusia. Jenis limbah tersebut kerap disebut dengan istilah limbah B3. Apakah yang dimaksud dengan limbah B3? Apa saja contoh limbah B3 yang terdapat di sekitar kita? Bagaimana teknik penanganan limbah B3 agar tidak menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia? Di artikel kali ini kita akan menjawab semua pertanyaan ini.

Kata B3 merupakan akronim dari bahan beracun dan berbahaya. Oleh karena itu, pengertian limbah B3 dapat diartikan sebagai suatu buangan atau limbah yang sifat dan konsentrasinya mengandung zat yang beracun dan berbahaya sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak lingkungan, mengganggu kesehatan, dan mengancam kelangsungan hidup manusia serta organisme lainya. Limbah B3 bukan hanya dapat dihasilkan dari kegiatan industri. Kegiatan rumah tangga juga menghasilkan beberapa limbah jenis ini. Beberapa contoh limbah B3 yang dihasilkan rumah tangga domestik) di antaranya bekas pengharum ruangan, pemutih pakaian, deterjen pakaian, pembersih kamar mandi, pembesih kaca/jendela, pembersih lantai, pengkilat kayu, pembersih oven, pembasmi serangga, lem perekat, hair spray, dan batu baterai.

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

Suatu limbah tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun jika ia memiliki sifat-sifat tertentu, di antaranya mudah meledak, mudah teroksidasi, mudah menyala, mengandung racun, bersifat korosifmenyebabkan iritasi, atau menimbulkan gejala-gejala kesehatan seperti karsinogenik, mutagenik, dan lain sebagainya. a. Mudah meledak (explosive)

Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar dapat meledak karena dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi lewat reaksi fisika atau kimia sederhana. Limbah ini sangat berbahaya baik saat penanganannya, pengangkutan, hingga pembuangannya karena bisa menyebabkan ledakan besar tanpa diduga-duga. Adapun contoh limbah B3 dengan sifat mudah meledak misalnya limbah bahan eksplosif dan limbah laboratorium seperti asam prikat.

Limbah pengoksidasi adalah limbah yang dapat melepaskan panas karena teroksidasi sehingga menimbulkan api saat bereaksi dengan bahan lainnya. Limbah ini jika tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan kebakaran besar pada ekosistem. Contoh limbah b3 dengan sifat pengoksidasi misalnya kaporit. c. Mudah menyala (flammable)

Limbah yang memiliki sifat mudah sekali menyala adalah limbah yang dapat terbakar karena kontak dengan udara, nyala api, air, atau bahan lainnya meski dalam suhu dan tekanan standar. Contoh limbah B3 yang mudah menyala misalnya pelarut benzena, pelarut toluena atau pelarut aseton yang berasal dari industri cat, tinta, pembersihan logam, dan laboratorium kimia. e. Beracun (moderately toxic)

Limbah beracun adalah limbah yang memiliki atau mengandung zat yang bersifat racun bagi manusia atau hewan, sehingga menyebabkan keracunan, sakit, atau kematian baik melalui kontak pernafasan, kulit, maupun mulut. Contoh limbah b3 ini adalah limbah pertanian seperti buangan pestisida. f. Berbahaya (harmful)

Limbah berbahaya adalah limbah yang baik dalam fase padat, cair maupun gas yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu melalui kontak inhalasi ataupun oral. g. Korosif (corrosive)

Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang memiliki ciri dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan pengkaratan pada baja, mempunyai pH ≥ 2 (bila bersifat asam) dan pH ≥ 12,5 (bila bersifat basa). Contoh limbah B3 dengan ciri korosif misalnya, sisa asam sulfat yang digunakan dalam industri baja, limbah asam dari baterai dan accu, serta limbah pembersih sodium hidroksida pada industri logam. h. Bersifat iritasi (irritant)

Limbah yang dapat menyebabkan iritasi adalah limbah yang menimbulkan sensitasi pada kulit, peradangan, maupun menyebabkan iritasi pernapasan, pusing, dan mengantuk bila terhirup. Contoh limbah ini adalah asam formiat yang dihasilkan dari industri karet. i. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)

Limbah dengan karakteristik ini adalah limbah yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan ekosistem, misalnya limbah CFC atau Chlorofluorocarbon yang dihasilkan dari mesin pendingin j. Karsinogenik (carcinogenic), Teratogenik (teratogenic), Mutagenik (mutagenic)

Limbah karsinogenik adalah limbah yang dapat menyebabkan timbulnya sel kanker, teratogenik adalah limbah yang mempengaruhi pembentukan embrio, sedangkan limbah mutagenik adalah limbah yang dapat menyebabkan perubahan kromosom. Nah, demikianlah pengertian limbah B3 dan contohnya yang dapat kami sampaikan. Masing-masing contoh limbah B3 di atas memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda sehingga dalam penanganannya juga diperlukan teknik khusus yang spesifik.

%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/Font<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 16 0 R 17 0 R] /MediaBox[ 0 0 612 792] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœœ}k³e·måwUé?œ�}]é£Í7™r¹F/¿âWbyR3J>´õhõHê–eu¦<¿~rŸ¾$¸×>ë¦RŽ¬kl I, /üéòóŸðû�óÉeûÅ/.}òñåƒ_ý9]^þýý÷þöþ{ÆÄ« —­þŸÏ×.>øk¸$“®éòÅ÷ï¿÷Áo¾ñò«pùäÍå_ßïòéïë÷þøÓ«¯_|ñ“ŒüáO?½ø⛯¾¼|þÁgo~øÏ>ûÇ_}ð§/_½~ñÓ«7¯÷Ÿüè³:Ò/ÍŘëæ/Ÿ}]¸ý¦¹äp5õOÉ•«¯ÿKýÅíòRþ߯Þïóg¿}xnì³·Æ<ûñá¹{öúÅCyöÝÃsÿì"ûìáy~öÕ·õo¯_É¿•?^~÷êõËú§ö/oë­ÿxñúò?ž§go¾{ˆÏÞ~ÿ`Ò³¯.æá?/Ÿýöý÷>­Ì ƒ7–l•„5#KŸ?Ë—?<„goÚ—o+óO—ëß~hÿÖ~^¿ØÍØË<“?þºþÏ�~ÏUD7ÿÞsH[®Fñf7@ì·íjÂLü�Ø]Sž‰/€ö¦4¯ùˆöÔL>zóÓOo¾¿g)åZâd(¡šä«}^£í¿yÙäŸ}ñù3(Ú`“ÜôQûbáö2,3ñb/Æk«5!]‹¿Ä²É?º þx01\“¢ýѦ*Y7Ò¶I:Ó˜þË'è³®A}Ö¾ø 2ñ­.Ä0ó„”m7õf¦ý¢5öší§ˆÖÚ«I3í­³W§h—¯Sã^žW!n>æ&“O‡>ŒæšË�ÿˆ>HöËÌ<ÛEâ"Úb¯6q´n«´n™m¨| ë@Zu¦ZåÑdÑœ ²™LL!órn»F5�ß#Úª®¬h?B´ÁÉîÇ &º«3«¸º=Ë< %“êÙg$¹Êu“Q3pˆ¶øEŠ�‘R7e^õ`AÛ·½’RôõÖ›’¢—Eªh�hë"¥Ç•EêŸn¶¦~ã%&Í‘QŽ©&³Ùñ¼#™X×Rœiÿ îÔöêËLyÈæšÜL‹cJUŽ¢E·¢s7ãñ´øðÁ�×µCf‘!Ü�œ‡hâ ž.^}@<}"ÄkIÓg”=Ø´µ“O}÷n³ÿž>Õ‘²é@Hᶔ¶ÑN3ÙuÉ}·Ù"^õú3�Ûli»Ï(kt*ºê«Eý;ç«c_8%ºêEÏ…ê yÒ¸]LâéR‹F¶ac´f�íÿ#R“lšùH¯p'Úê\g–�wæ«êÕþ€|o3½—x——qÑÑ*gÉh}ý�²¾JþÈẪû~¬„|-÷<›ºíof"…«ÜÛ¶‘¤Hý6˜kH)¥}ñÈœ¿º³³U¯,¸‰!¤|qʶ™é^|²<“Bs5N� �*“¯aV ÞD–I±ûUÏ›™ï ¡­ô�¤¥¦U½nC2==jÚô¨H±.õ“àÄ([èb�.W…Èù+­†äy¸-6§Y øѽŒç¦ñÜL­K‚5JõñêfRRCÝEìL‹,QÀï¦h!Š­àW6’‘ù0õས4ÓBŸ±úçn¢�|‹?þºW±�Ùá»;›¦ÙR™BëN6X›#-ö¿lsØFZˆ”}ß©q÷=v¤…¨º.Ó Æ…¾U]|znPU‘.‘ãÖ-8N²'ô«€ÈΘ\]eYÉž2oŠ›sþê Ƀë>ÎH‹0‚¸rQÑ~ø¿%:ù!<“rXX�} Jt£;òG´-x‰>䃥…¶'_1¹Ü½­Žcžiÿz^¥ÁIfµx_–­²[áŒÞ"¡WY·Hç—íé1^…sÕG«&¾åÔá¨_nûÈð²*kçZ~úJnk~Þã' ¶: ›Y˜"¦_‘}\ýîÁ?ûú•‹kÖ`|¯bqS0kÿ†ƒr˜ÑßÎ;Ž+q…K¹: VÑB—©"‹fZ´ßq#-Z.n-Ò8Òžyxâ‹Qr¨`Æ'¬�_Âà)ëÆ•îÏ�\ÁÕ¼õ³d¤Å�¸í-–ÌâñùÉãóG>iw"CÙ$¼FT®#꼋É-꺩¼öv¼ªÅD«³l-¡²¤%ƒa*ß)^C¾ç¶l3•™öÇ“-¯î.í+è¾Ù'Zìê9qq¿áÙ_Œ{öå[¸×Év;~%§¥É="ý#œD=yRš?k_¼€[cËMÜ}{âØY5“o mZÆý:�q¡}ñîÊ-àĉ¾Ù¦Lí=¶¤…©ßm›ìÁí—�6.üâqË2.R†de4í?�œ¬Ìœ5-œ›�˜Ï—æeO´HÇrå;Ëëp’EÝè§]E'|�w‰yê©à#­%ݸ©TÈïÈhÏCq¦ã¢~|T–E¥ÐKOIÜ N¥Ù ¸ Ö¸“ýž·.E8ùJ-‚·Ó†'Ñ?×öoÐö*¨"øƒ}éÆÛMb-§º9.[éx*j9fãpÌ>ºÕEjoB5�wv ë.LhåäðõOm~oàÉá"LŸµ/^Þ9jFžà±T�@_fZ|"e �L´ðäˆ-î2ÑÂஂ ø…‡A Í;i‚´yááí—Ðs¨b)$ÇÕÓIAk²ø^ÉòÙWðIl?kñöÕ·p£ê¸bÕ?Ü�êA”MÂÃj?(˜YKZKÓÂŒ’‹íÐi!¿®ï‚#-†Ë¸h¸°‰Ä�6 ‰eÛt nÈRu¨6G²”ì2U¸Ùöä'–l•AÞÙËÒÁ^¶D…`q u™ØöΑÍÃÄ,L ´ŒLê›Âð•øÝ[s|÷üµŠš’›¿kŸü~š??NF¡%1i4Sw׽ݖ¹ëÞÊÁVfw°zžE3Ï"†º–7ÃÍÚºVS5ÑÂýÙåe\ȯïXm¤ýÒFÉe’ãöóo¤ýživ™V……ä€Û¸I µ@l›h¡Q$Ó|ŠßäZ\Ú¶-¶å+yGò›K;òFZè·ßâOÛ(ܤ&b]&ø<íP„aə؜cF�·cw˽³t$Æ•x®Œ¼ éqÑÎ'ÁBWÐûÓ+äW ÊJá@âoáõLuä*“ðá枼ǺÔj!W¦Z ùkä\KXÐ:n¯Øó$-WʶSàŒÌWÖç.Z{¾%[ä$)5‚Ùδ8ŒÙ#”¡nÒü¾þò-‚uëÖCCQQžiÿ ί'h ,§'8‰hTE¹ èƒüö»‡ço«’CR_ÀŒkeQ¶Ê‘¦/#-ÜV«Ï)¡Ö‘zõÈ(Šm ð“@âHû d8¯“ƒBÛÏ�‘Ö ;Å�Ømn¡…åh«'µ!Q<=®9<)|+âxöëØ~3^.I®…]ÐØ‹¡—#゙"¡.-ä�=7™^s2‘¢Ë,ÆWD3“¶6/^=<û­™>Ǭ9 ‰K×]EÒŽîݾßwýtÈS[ûÓGý6 2ÕCŠ}¢æÈ vÁþù‡¯/–lG­hÅ«�þúåÛÒIVÃI‘üí™6·(Ó#íèÁHÝÓe1«¯r?ß¿‡?æZJzüìÜ¡’-Ô¨™À ¦š‹öãCƒM#-ô·+ÖÏì¸Áµ q¤…8)”æCSZ’Äg™i¡ö«µ§DòÛKq&Úÿ÷Ù–Ÿhÿq²ÛëŸ}óž|i¿yóæz²ÓÅÆ';­w³½Ýlû ŒZWÿÙ§#Åõ6V}p¸Ô‡dæ`�KÕŽSbxýåš9Øß\è|ܪæÈá^³”®é‘ÐAÓÈô‘«1Í=ÎyôTc¡.µÔ‰ö sS¹I€2;)c2j`œÈpʎι¹ò“$¾ys&K‰%_a`ÊÜjõYQãB׸šžu³(⻃öÜGž4i‹1Q‹ÖË^‰E»®+w°®|Ê-YôèF,翽ÿžÔ†˜ºgµÓÏHÅ•±ò³©´üøÕûïýûÏ.¯÷ÈYîÉ„ŒR½÷×T¹ô¹ŽÑH¿þÙûïýë‹^Uå.Y÷˳¡nsïDu~5̺xø‹/éqK@¥úÚšö¯È+Úš N´0ü¹É½Ú™ÁxSݧÆEKÆÈ5Ec¶&‰1M´è@6r™M�«ýËGÚ–Kœh×½Ú¯ê5VÊÁ§ï`͵ó?hk0®*‘T‹ßdApjñn¡…ž½O‹ZІjBX¦ñ�ÛÍî‘År%w`Hv岑¹¡ûm¾‰m¦&5÷‹ã!·jì‰m·&{�Ä- I¦Â°ã–v•‡[M•(ŽVÊOsàäk·$n(eR†µ)C×ÝD‰§püÚæÞrüÚæÞrüö4>e¾¶®øà8Û±®H™Ç¯w‹|qŠ?Kz�²3[=DÖ~÷x§‹~Õ~¢ÅEg‘·Édp:$.뇠øõ&wÊôÜp:$,k–E”V˜C�âR÷'³ý¶¥©BÐ<à›Ýuiqt­M´ð ½œâäÚ”Añ ¯ÐKau)œ€%¯’H£Üó*œ€{67®,drC“‚mÍZHâ™rr¨YËBÈ^ÝF¹€rO+ò�‚TØq2«Ù'RuqZv•m™Š�HˆHn”®”e!Ãœ†ÔE+‡œýÖ3Å‚7nñ°a¾¦‚]Gr+)O”øz;ÏY™wÛ` 6¯Ç±0Põ8ÖãB„[á¢Uã¢E_®¤%½¹´S�û9ɽ|KêB*H鋘Å,>fIöq,T\ï¿@Ú¼xöPmÈg%tÂú¢Mç1�ðÃ[·Âægdv9�&†m…;(}¤Þ@q�nžÜd1çm°uMsŠ¹êf˜Ì€]7¶�-Ú]ëÆæ4-,è’Tv¦ÅA‰,±.n\ãøq«x%€1ÒB8Y]=.: LÝÛâDûht/ d–rà<Ô¾@ËVb²dFŽ^]¤»žÅ¡ ÐÃ%ã7èŠó¯¤Ç�}ç§Æ�¡ÅFZ6Š¥-õ‘Ýä›ó$õàG¡â]¤Žožw¨5r„aº‘ìÇ}‰’f£¤-­Þ¼¢…poëP‹‘ö~Ù�â×JšFÍ V^›vߌã׶ tŽ_›”�VÀ ¤OŽÛC¤2SüB×ûŸL´¸T¤‡6˜½i¯Z¤VÔ Ò36)�>“6i£åå ŽA"Ç­+U�‹«ó27¸.rë‚ÅÉ,·–pܸ¦CŽ[Z=e¿RØ’ '3©kÌ›äR‹yÂî&½­JáVµ€öLjÜÕ•Z”!FsVÒ’ÔJÝÛ&J[úVŹJÎÔZÿ7TNé¿úó´þ£=пIù¼èCn¸#À¹[¯~çÑ·FÔ:–+ Q�‹SÂi£i»¬cª•ûjš2ZóEj!HÁ¦�œ¤`S;J—¿8?—‰+Kºô{Jšƒ�´ä„%G­ ]»–�[×J\¹q+H7OÜ ¼”/ûƒ‚‹R³°rÅÖ?s¢…ãÆ´øÅpÜäDôÝîûCsª®®Æb¯~7a”Ö�Ž3ÿ’y S7H÷jS ' IÒë©¡ã%˜¨ìI* Lï„óý=x]wÒ¹ I[%äéƒÔW}§h!¦Ø:¤i!®‘†IŠãæ°ð “Üucë Æ•ø¡âf¹­_h!â¬;“Q ¹n[Îù\‘RÌ*1¿E‘0•í¥%#ÇSèÁ±‘ÆÄgW´0•-Ñ{’ Þ«a!”•ò/E3Ù©>rã¦v1˜3çltáhSƒ³Êï’*l¿è–Ln­‹Å‘ä˵T`Ó´}JáÖ虞åµ[g¶‰‚›åN77׊—© AÀõ¬ÅÉ‘E­1ggs ›;÷2¨ÍD®ýiZ¶cPŒ´¸¬w[ätËJ€üÖ•[ÉCÚZ a¤…��`)tÞ»ƒüV`®i!uåfvnÒ¬BÍ PuS¹N˜kZxmnký­(Ûß[9qãV?ÅN¾ÒrVÓB€Z÷‹¢l—UûP™=@J°µÞ ¿u¿ØX™¹v¡““YÅ Zo°×Ž7¿gͳ5¿¼ö>jœÌ*”0J¸¯@»öÉñÛÉpº�,¹Ïï=8~ëi]À ŒVuAç4t°ê*PÜK2ÝäcŽ¾¼—*§9’«“äòp­0™�­_WŒv[oó|av+‡æ1‹ä¸µCx–äN$‘¼µ¦…‡èZXCPØY('!y†�[J‚·€%¦x€•ú­¥ÃÞ)ý ” Ìérë4Nžˆ’W¤È)Þ±8cÔA’µ¤ ƒ$‘”²‘$ö\83±X�v¼±hS+óŸh!¸ÚL³!f\Éo‹]Œ´¸8Þ-ãÂXAY"‡­ËjXé¥t'Ï´èÉ^:?’âx{—f¢…ýÊ]j+¤…¾×P�´ÿÒö%D�6Ù‘)éJ«5,û²’‹í/g1ÓÜ&'-'Z˜ ¯Û_¤Ýäž^¦¦&ˆA�£.9·ªjjYî•ó”&êz÷�W"›šLÁn½P�‘™D Œ¢Åiö­E¨q�m’±Ißkùâ*ûž‚et,ùš§ï³ÒÛÏÁ¡†¨xÇw“ú|ÇJÅ·v:Ôâ“X„¶|ÜVÏ/«'óÓ¢™³d¾Ÿh[oå.ÂoÎcšío!â|ë-ÌVŽŠý³ÎA­õÇC‰ ÒŒ´ÿu',Àˆ[òõžT£”à57˜ñ8åÚû*ÔN¸wù§ìNÞ’Ñ<@ÜÚŸ ô(í´-áÎi«}œ½  å‹Ë,?n“†›[ï€<ÑÂ’…½¼�â!oÊž‰"ik�,¾Ñ_ 4.ÑC®\)JØÈ�Q³Ù·Ó8cZ©ˆ ÅRüVÔ’HÍHôa–ÙÈÂEÿý1F^5Î÷ëê”jú3ÔY(í’µjpÐ ¶ % 6bÒb±¾·w|uö\A9’®ØÔgõq™+¾šoâËa¾Ú´¡G'mµÔÜ`OÃÒÞ€:Ü L†‚¢œ¼Ë½jwUû~ʼ,>7ŽøÅ!CŠä_²^ó±âËçá™Ôœ»ðÌÔ/í?5§Å …´{Í<£yhS{uø:ú¶È¾­Þ12³F%©Ÿ”Jßù2?ÁÐ@Ù®G«ïËAÁ1¶užgi}«€Ä�¼>c^·¼þH{/¯?ÒÞÉë33»¡`iñH<ÒBœ*òR´°{ë¦1ÒâûðýVÉH“¦¯�‘ö¬™ž¬Þ‘ö¬™ž·ä¸6µÜó#-S`½ãÖñ£Ó¸–ñf‘ ¾p¤¸f‘ ™Á7cæÆ--æ0Ò¢}ÕÄ÷iq¦¿´u:Òþ_ˆH{�5Åon½„¹qsj<5îžf§¬yO³F!hpëÝC¿ÀõôýæÀbKg·Û5Og·Ûcát#óHÆ“±QA™Þ�<¸­E ÊÔºÁ…ñ½L`¤Å·ÛSk„7ÒâÂx£rÂï~}¤…—,¢i¥ ÕˆŠˆ¶Óì!­ö€i�:0;®Æ—DòPÁåæ´|w,»³'qú%iF€ð¼ú\¡ÞS¥Ì±)©è¤h¡n[ÝeH’^¦çÖÎQJtïäwî4ë°µfÖ-¼�z/2F÷îfÖ‰ÒeAjó\îS'ßò¢÷ÕÊgÁOp£¼öz/ïÈýnc¸Õ$ð-¨�ÂÌߊáæ*¼õé‹_äI‹Ç‘U]l¬Ç"¼³åäàmOB1§�Ô ëqaŠÏ¶Žà¿Ò•Ûˆ…Èq[ƒT©‡¬—0¢Í´7륒Ãkk~ÌÔbÛ‹#¼"ˆÕ�¦“!¬&H«%Á„j]¹àp�P«$¯>*ÍÅ-üâûåyÑ9ˆ[/cfVŸàYíŸZ½J`ó8Y©Ø”^Á‹éÜÒ»õ áÚ|¿�­£S…û̵—^W«Ãð¼WS�<}û`¶:áŠ' X1½ó=c)r+ÝNû¶.Êà8iJÍxQ†�.sHË·™‡áÜ˳ºîCab<�Ã�Íâ«Ÿ¡ ãéö¾:'º€¬¢…Õѱ½Æ©±. ÍŒä­eb™³àÖ$�YÄ6÷JTf/“Êï-‘s«hÁ:N¾nk!gÊD¥òÛnÁß.y�´›öŽZ´ˆ¶÷qc63ɧê¹Áä¥ëhŒ±_yó=R¾Þ,2ÃÝØüB‹û©—E¾0œ±Ws36)‰Y-|»ß`ì÷Öå�šÛž¹¥ä+ø pûƒT~ë5e–Í2.´³úSüÖuœÂ¼ ߶·Ú¦r¹“TÛâì *Oý,)뎼¼³îÂiUš³m‘ÛE¥~[{¾¨:³8�g=ÔK&ù­ìf±1röIù|—;È9˜Å™ƒÐ9øEŠ;÷wΨýOZ¥kwE˜$ß¼YnÝ~ž”¸±_�¡¬$–¶ŠÇeP×Ñ�ê˜Û{lËâÁÀÙ6àL±´·†£Ä²WKŸã#m\hñuñ­•23*¿]g°¼Mó°_g°Àùä”oPÞG—eæ´ˆk¥mC¦#G0“îz;½ap&T"mäÜO8�ª�gþ®],qßÜËïÀàŠ¼ à¸ ãö|Ú<÷»ÅÉuQ•£E…Îý.ÿȾžÝ»ŠQì—Þ!k¤Å€>´4#³ßYIn¡ÈižWŠ©KaÇmÏ$S›‹ z§ø…éV»µÔ,³°o׳™Íå–?iqcöþ@%³ þMQËæݾ!b= ý‘‰â¸Ai±‹‘%ˆkƒ_Ä�³•`L_nk»Bª\n)Õ ð¥KýÝ8Jå)/sÃ�ÙÜ27|³{]~8PZ ?%‡zVj~1J7¿¸Å[\<;ü°ïí� 1j“ØJbyÚž-bœ.¹Sm2·iJ8í$žáwͬW�÷K,)±°¸ÊgWª5êÀÀ¾ÃTJdqõ«!RŽepߊG�œ!ØHE®<»#<ˆò�¾Xå9ãÛÁòêWàô²ß{Iï|3"¹|3ëîVðÍìÙ{Nœ™Ø p׃ýî–r+øiO ¾‹¦¢…(Ï´ø*sÔl¤Å ×­(í‘”KV§}þ…;>¨ô_—}ƒb_qjª0½ëzän¤…Ø\îiͤ¸š,üâæþÆ!55¹_`IÍì7›gÕÕ{›·E78ís� Ñ䦋š,DÃu3“LÜH‹›½å†©¥P½Œ”¸%fêÞh”0î;‹¦øV7¾ˆš÷W½G–`’T¶ÉÄÙ‹ÝJK¾2KÁÖ­Ló€ï;÷ÄòH“¯r)2q*—ÂrçH~«+a-ļ¾_o§ÆõA)ï$�ï;p�Ìã^?[i�vh€Ûe¦g”µuà7Éíbg}S´§B/0y¿<8Ò’rìj¤Å£ù–â¥dV:<`6A܉\%r}ÙŽgzê˜ÙÙ¥b}#w 'n )_çú³ÒÔܤ“³¢…OP»²Œ‹Óâ½Ð›±ß[ �Ù5bÓsýivÆ_ˆmI[—'ÉS!í,õð”ÌR\øÅP¸7D{¢Ã&h{þ‰;{–4H‹¬�–°ÌBãmk°ŸÑãíõ3f¿ðÒ¡TÑÂa㯊˜�4yñ/1<7Ú¿Äð<¶ Á¬Åw™?Œ¾µ«y¹×JÝ4hÈX¬@p—IÍHa§bä]«‡@Ø(íÜ£’WiÂ^´�ö_ÉBè^§M»¿·÷Áç¹¼ÃÃ.pYƒ¬ýw>€HÚèž?ú¢ßÃ|r]0Ñ‹úõKˆnMhŠ…;˜Š¶ÛU)©eGÎŒ�ìÈYjnܽW�ö§Ê&ZŒp7ÁQ-Î<;‰©�ã6Ü7Ñâgͬ¬á�öQ1…Sö\òôÑé�„²¿R„¯AVÚú+ïJJYýÈÝ%`|{?qý´ö—ÉƘ%°?~(¼¤}V,ÜAÔ'gnV>TKn`‹3”ÜÀg¬¥¹Óí©œþuÞs¸Ó87Üàä± qïï†xc²Ö,‚·m£…!�¯Rz°Î$T¶toeì­µŸ0¯•G- ©°¶GƇ–†$iÕÌÒØŸàzâÒ�éü”¥aKó:©¥!9XŸ¸¥!yÕÍ-J|Œqáªéær®3ø~�—õøÕªµ·¼×ßÁOWoËìq³ë†íÔb�ýª~ˆ*)‘�uœ6Æ&ZÔƒÁù´¨ç0WÆqísTãª*=˜x¬ÈÌ„',U³ÒÕçÏ6¹Z”2h�gìgõDƒ ÈH°ã ìWH ŠòC;Hâw/…;÷êûMÝñÊ«o™GÅÝ]§Þ¦¶ªæ SïZÂყ޵Çä&Ú³á<é³öQ­iýD‹+v[îD‹oný¢9~ë1¬ùEN�à­�å7F¥�“êÞd%Ûr¨ò0*kÏ5­Ç­�csn)î‹UƒŸ7“Ú 'm)ÂÕ´0ÓQ˯4šÒü¢xž4šÒ<Àq«×jXŒçµgœWÍÀèÝ‘}rÈ=YO*ÙÉk)¤’å1d¤„Ï'ñ{sÀ>¾Þ%ç7±{ºöjXÊ–œ3-j'*½„Ž´¸—pËÍM´0a$ÅéäZ•<^)Ü®$­©4¿g­©6%ˆ»ûõVN¾1*EŸ”Êî r¤…öPA¥–4çl”‰žè¢.G=7(³œtÑ[¹ÙxZ Ëþ„ô¡ÚHEúPiWW†…æÚLëJ™½ô¬2žä·ú—&sf/=«”uâw“]‹`�´ðr§K»P®,ž%ƒ÷‹§†ŸC*‹×Œëf͵�b�vXåî¬áÖ‡$3Ëm”æaÔõÉ´@ ãÄyy«ƒ\>Ù,:ƒ9ÙêË’‡†ôÈR¤¸þ7,¾´m‹lÏ€'Òó`J^{0e·{ðD{^ LM솤c{ìâìíÀí�w�&Ú;Àí�à‰ö¼ x }JðøU ̱߀'Z\ lÛa4ÒbÌÞ7÷‘éwÕ~°âUúÔƃ™âßÖêzâ-ƒ*Ÿ¥²ŸÖÞ�”áÙnÆÏpnh¾<%ÌܳI#-ŒÄäöâ ÇCiý{&ZÜqÊ.<à‡:eÆH.YÉIù¦#šo›–û\”ÿšP’4”Ú”„`‚­¿ûCiIÞvŽ3yë�ÜÚ�hñAq‘&î µI+«‰Þ2^Iþ„‡P~qGf'·Œ—3ì\k“?Ö(.œ--äBiQbÝŽÔb=¯�¦àK{Øåxã‚|[O@Ñ3Ô•þq kë.EéIJc³ãf*ùVM‹Ó§[ƒ¨Ì‘"W5¿ðB¬k]•¨õ%e´IÑB(Ùßædæ[W%Ê’ªÓ2«Ìpæ¶5Ëæä ë–܉ªkpÉm�Ý-„Ô©½ Eí3NÞ7¤íäö~õáêû·™Ò“ÜW,²î¦)Ž­¥øŽÍæ_Üv89ÒÂwlz×hÊš�»ÌY�”Æ*ÅÀfÔ®õà¤iÏ43ëÿ–ifv|y7xvàˆÀ¹¤†C>° ˜ÀQ}p"ëÞ6šZ‰’Kž´9 „�Ep§´–÷�½\íâp–$‹Y<Ôúå–@é5�OÂòŒïfŸ0Ï`¼B"'PyÇ´ÌDwLËLô†i¥<ç^o2y¬SÓBL+-À-Ä[¯SeÆÝ_1¢ø5¦uÕçÆ5­«þD±r±i&=ðô°nÓÃBn]†Œ´¸´Y$vöÂÑÉ©µ®Î)ÌÅö;¬-ÙQ黾  û+FS»†GFZܺ¹=Äé&õêZJ†{ýð8Áw©pÜ2ªuþY¥‚±ti¸›áHÒÐRy<Òâ”õ:S„ÑåZª/œ¹ÈµTçH~ëV7Ï�ìþ'PÛ¤)B®úEUʤw”–"¾ÔjÛÂ)îv%s¢…9â`[,�Ù#¤ì8;„Ç�<Œ›Ü�1èî%#GðM&y¬³�6 ·»9ÓÒzS«^Ê’5-~;×6ÈØ· ìfÚ3„Mó Ú·v¥s0@㸪95(¸hãâvU’²m'>4¹ê�Ï-FAI°®=.ÆÅ¡EcFZ˜Âî/&QVçb»:Ëñ[Ï%GZ¾teÒ–t§+ÓDk ªWMó åŽ[Q‚nY™IE³óܸR̬iñµÏö’ µR½é�yfEɽOo9™ ºÕþÛO/žû“ÔqÖÞ.eNš¢§ÐsâÏ!]gjòÀ®V‡†Wsò-Dúiõ¼1ˆì¹XJ=;’ÂÀD¿êI‰A¬!vƒ¬Ž[)IÖ1„¯Ò-0“ãÊýRk;e¤pC£¾=by¾ÞŠom“&ZØθ:ÀYÑâvƽb¤…éÌþâŃdXõ¸8¯êÛ¾3Òâ—ŒZc±‰"më[´n¤Eqj©±vJfgåÕNñ ±”-.ƒn�qsóa‘/ìå;ÚiqÉt{n¢ý#ÄŸ­†RqôËÔp�ãäia�€d¶9µ¼5D™zn¯ÖpjË¥Á j¹õÈœäž`àÌÁn½Ê˜á×Êû¥…“Ù ÈŽ´š¸Œ‹ï×–…BƺŒ%åIñ»§”GZˆèö”2£éÅ”©‹J9nh�SkH ®–Ô…<†Êê¢?ŒÄ�·Egm•·BʬúEZg]�ôÚÄ�šVùâätPr ãv’©Î“Â/çíÕj› é]ýD±rëñèw`mîž°f´%Ý“½ã,Fz9r¹Ý÷eVºÔ‹[r•I÷ä-‘üÖ•¾)ÁÝ/%�e¤�ÓÁ›RÏ ü—vjäÞãä˜-‹µÜ®šálo¿íË[KjbsÖRÏGZúr7‰\Ûrѯ�ç‚+iáJ¹á¸q¥éñ¹=ùv¯˜‘™

Standar Pengemasan untuk Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Pengemasan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus dilaksanakan dengan ketat dan sesuai klasifikasi untuk menjamin keselamatan selama proses distribusi dan penyimpanan. Pentingnya penerapan standar pengemasan yang tepat disertai dengan penandaan simbol dan label pada setiap kemasan B3 tidak dapat diremehkan. Langkah ini esensial untuk memudahkan identifikasi B3 dan menginformasikan pengelolaan yang tepat untuk menghindari risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Peraturan terkait pengemasan, penandaan, dan penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS) telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 3 tahun 2008. Regulasi ini memberikan pedoman jelas mengenai spesifikasi kemasan, termasuk simbol bahaya dan informasi penting yang harus tercantum pada label, sehingga memastikan semua pihak terinformasi dengan baik tentang karakteristik dan cara penanganan B3 yang aman.

Terkait dengan kondisi kemasan B3 yang rusak, ada prosedur khusus yang harus diikuti. Jika kemasan B3 mengalami kerusakan namun isi masih dapat dikemas ulang, maka tanggung jawab pengemasan ulang berada pada pihak pengedar. Sedangkan untuk B3 yang tidak dapat dikemas ulang dan berpotensi menimbulkan pencemaran atau kerusakan lingkungan serta membahayakan keselamatan manusia, pengedar diwajibkan untuk segera menanggulangi kondisi tersebut.

Kerusakan pada simbol dan label kemasan B3 juga harus segera ditangani dengan memberikan penandaan ulang yang sesuai. Langkah ini vital untuk memastikan bahwa informasi penting tentang B3 tetap tersedia dan dapat diakses dengan mudah oleh semua pihak yang berkepentingan.

Peran dan Tanggung Jawab dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pengelolaan B3

Memastikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap pihak yang terlibat. Sesuai dengan regulasi K3 nasional yang berlaku, tanggung jawab ini harus diimplementasikan secara komprehensif.

Setiap individu yang berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan B3 diwajibkan untuk selalu memprioritaskan aspek K3. Ini mencakup penerapan standar dan prosedur keamanan yang ketat, sesuai dengan arahan dari lembaga pemerintah yang berwenang dalam ketenagakerjaan.

Pengelola B3, termasuk pemilik usaha dan pengawas, harus secara aktif melibatkan pekerja dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan K3. Ini melibatkan penyediaan pelatihan yang memadai, peralatan keamanan yang sesuai, serta penerapan prosedur yang tepat dalam pengelolaan B3.

Selanjutnya, untuk menjamin kesehatan pekerja, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Pemeriksaan ini diatur oleh instansi pemerintah terkait dan harus dilaksanakan oleh setiap pekerja dan pengawas yang terlibat langsung dengan B3, guna mendeteksi dini potensi gangguan kesehatan yang dapat timbul dari paparan B3.