“Berani Memulai Sesuatu!”
Renungan Harian Anak, Senin 07 Desember 2020
Hakim-hakim 6:15-17; 36 – 7:11
Selamat pagi adik-adik yang dirumah ? Shalooom… Bagaimana kabarnya adik-adik semua ? Kakak berharap adik-adik semuanya sehat-sehat selalu.
Adik-adik siapa yang disini pernah disuruh untuk ikut lomba? Wah mungkin sebagian besar kalian pasti pernah ya … pada waktu disuruh ada anak-anak yang berani dan mau tapi tidak sedikit juga yang menolaknya. Mungkin mereka merasa ga bisa dan ga mampu, atau memang ada yang tidak mau berusaha.
Adik-adik hari ini kita akan belajar bersama tentang kita harus menjadi anak-anak yang berani untuk melakukan sesuatu bahkan hal yang baru, yang belum pernah adik-adik lakukan.
Adik-adik pasti pernah mendengar cerita atau kisah alkitab tentang Gideon yang dipilih Tuhan melalui malaikatNya untuk menjadi Hakim bagi bangsa Israel. Gideon memiliki tugas untuk menyelamatkan dan memimpin bangsa Israel berperang, membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ada dan yang terutama menuntun kembali bangsa israel untuk taat pada kuasa dan pimpinan TUHAN. Apakah Gideon berani memulai sesuatu yang baru ini? Awalnya sih ga berani, bahkan Gideon sempat ragu lohh dengan pernyataan Malaikat itu, bahwa dia akan menjadi alat TUHAN yang menyelamatkan bangsa itu. Gideon melihat dirinya yang tidak memiliki kekuatan dan kelebihan apa-apa
Ada dua kelemahan dirinya:
Tapi Tuhan berkata kepada Gideon “Tetapi Akulah yang menyertai engkau,…” artinya Seberapa lemah pun Gideon, jika TUHAN yang menyertai Gideon, Gideon tidak usah takut pada apapun
Bahkan untuk meyakinkan dirinya Gideon meminta tanda kepada Tuhan, Tanda pertama adalah bentangan bulu domba di pengirikan itu basah dan tanah di sekitarnya kering. Keesokan harinya terjadilah seperti yang Gideon minta. Dan tanda kedua, Gideon meminta sebaliknya, tanah di sekitar penuh dengan embun dan guntingan bulu domba itu kering, dan TUHAN pun melakukan sesuai permintaan Gideon. Setelah menguji semuanya dan mendapat jawaban TUHAN atas tanda yang dia minta, maka Gideon dengan gagah berani maju memimpin bangsa Israel.
Gideon berhasil mengalahkan bangsa Midian, bukan karena kekuatannya tetapi karena ada penyertaan TUHAN. “Selalu ada saat pertama untuk segala sesuatu” yang memerlukan keberanian kita.
Adik-adik Jika kita mengalami kegagalan, jangan sampai mematahkan semangat kita untuk memulai sesuatu yang baru. Mari kita menjadi anak-anak yang berani melakukan apa yang baik dan melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan kita. Dan ingatlah bahwa Tuhan senang jika kita anak-anak-Nya, selalu berharap pada pertolonganNya ketika dalam keadaan apapun
Hakim-hakim 6:12b, “TUHAN menyertai engkau, ya, pahlawan yang gagah berani”.
Aku mau belajar berani untuk melakukan sesuatu yang baru terlebih lagi berani melakukan apa yang baik dan melakukan Firman Tuhan
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani mendorong mahasiswa untuk merubah mindset dalam berpikir. Mahasiswa harus berani mengawali sesuatu yang baru yang positif. Dorongan ini akan menimbulkan pengalaman dan skill. Selain itu jaringan merupakan modal kesuksesan kita dengan memperbanyak teman yang suka dalam hal yang positif.
“Tidak cukup hanya belajar di ruang kuliah. Tapi dengan keberanian untuk memulai sesuatu yang baru akan akan memberikan pengalaman, mengembangkan diri sekaligus memupuk jaringan. Hal ini terasa didunia kerja nanti,” kata Bupati saat menghadiri Masa Ta’aruf Universitas Muhammadiyah Gresik tahun akademik 2022 – 2023, pada Jum’at (9/9/2022).
Hadir pada acara tersebut Wakil Menteri ATR/BPN RI Raja Juli Antoni, Kepala ATR/ BPN Gresik Asep Heri, Kapolres Gresik AKBP Mochamad Nur Azis, Ketua PD Muhammadiyah Gresik Muhammad In’am, Rektor dan Dosen Universitas Muhammadiyah Gresik.
Lebih lanjut Gus Yani menambahkan, Universitas Muhammadiyah Gresik sudah mengarah bagaimana menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, progresif dalam arti bagaimana anak – anak muda bisa beradaptasi dengan tantangan apapun. Seperti halnya sudah menjalin kerjasama dengan kantor ATR/BPN Gresik.
“Contoh saat KKN Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gresik yang sudah belajar menjadi pegawai BPN, dengan Program Strategi Nasional (PSN) yaitu Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), yang mana menjadi kebutuhan masyarakat saat ini, dari sini adik – adik menjadi pelaku bagaimana masyarakat melengkapi secara administrasi kepengurusan PTSL.
Ini akan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Gresik, mudah – mudahan kerjasama ini dapat terus terjalin,” tambahnya.
“Bersenang senang dan nikmati masa – masa kalian dalam mencari ilmu pengetahuan di sebuah perguruan tinggi atau universitas,” pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Menteri ATR/BPN RI Raja Juli Antoni, dalam sambutannya menyampaikan 3 hal penting kepada ribuan mahasiswa mahasiswi Universitas Muhammadiyah Gresik yang menjalani masa Ta’aruf diantaranya buku, cinta dan pesta.
“Buku adalah jendela dunia meskipun kita tidak pernah pergi ke suatu tempat atau negara di luar negeri, kita bisa menengok dan melihat betapa luasnya dunia ini, betapa warna warninya dunia dengan membaca buku tersebut kemudian mendiskusikannya bersama teman teman. Sebab komunikasi publik nanti sangat diperlukan oleh Mahasiswa,” ungkapnya.Kedua, Wamen melanjutkan, Cinta dalam hal ini belajar untuk mencintai kemanusiaan atau aktiflah di organisasi intra maupun ekstra kampus, sebab banyak orang yang menjadi pemimpin terseleksi dari aktifis yang aktif dari organisasi,” terangnya.“Pengalaman dari interaksi membantu orang tertindas dan sejak dini sudah mengasah sensifitas sosial melihat ketidakadilan, terbiasa mengorganisasi masyarakat, terbiasa bernegosiasi, terbiasa berpidato akan diimplementasikan dalam suatu kehidupannya,” tuturnya.Terakhir adalah pesta. Pesta dalam pengertian bahwa, kalian harus menjadi generasi yang riang gembira dan optimis jangan pesimis, agar ada energi kembali generasi yang menatap masa depan yang lebih baik,” tegas Raja Juli Antoni.Kegiatan Masa Ta’aruf Universitas Muhammadiyah Gresik tahun akademik 2022 – 2023 diikuti oleh sebanyak 1.380 mahasiswa mahasiswi. (dvd)
Hasil Pencarian Berani Memulai Berani Sukses
Maaf, barangnya tidak ketemu
Coba cek lagi kata pencarianmu.
Salah satu Filsuf mengatakan bahwa tugas yang besar, membutuhkan tanggung jawab besar pula.
Minggu, 21 Februari 2021, bertepatan dengan 2 tahun saya mengundurkan diri dari dunia perkuliahan. Gegara ilmu Filsafat yang saya pelajari di dunia akademik, saya pun dibutakan oleh angkara logika.
Logika saya waktu itu adalah tanpa menyelesaikan dunia perkuliahan pun, saya masih bisa bekerja. Melalui dunia pekerjaan, saya akan mendapatkan penghasilan. Penghasilan yang saya peroleh akan memberikan kebahagiaan.
Kebahagiaan di dalam dunia pekerjaan, tidak serta merta memberikan kenyamanan absolut. Absolutisme kebahagiaan ternyata membutuhkan tanggung jawab besar. Pilihan untuk mengundurkan diri dari dunia perkuliahan, memantik adrenalin saya untuk berani bertanggung jawab.
Berani memulai, berani mengakhiri adalah nadi dari semangat saya. Tapi, seiring dengan perjumpaan di dalam dunia pekerjaan, saya banyak belajar hal baru. Salah satu insight yang saya dapatkan dari rekan kerja adalah semangat untuk meng-upgrade pendidikan.
Upgrade pendidikan adalah hal mutlak di dalam dunia pekerjaan. Tatkala saya melihat lowongan kerja di manapun, kualifikasi yang dibutuhkan adaalah minimal S1.
Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan memang tak mudah. Tapi, berbekal pendidikan yang memadai, kita akan menggenggam masa depan di telapak tangan.
Menarik salah satu tendensi yang saya temukan di dalam keseharian mahasiswa. Di mana, sewaktu masih kuliah, pingin cepat wisuda ataupun keluar. Tujuannya adalah bekerja. Lalu membahagiakan orangtua dengan penghasilan yang kita dapatkan di dunia kerja.
Sementara, para pekerja pingin kuliah lagi. Rupanya logika kita selalu bertolak belakang dengan realita. Terutama saya yang mengalami perasaan demikian. Saya pun tidak tahu, apakah anda pernah mengalaminya atau tidak?
Yang pasti, di panggung inilah saya penguasa absolut. So, saya bebas menulis. Menulis sesuai apa yang saya alami. Memang tak mudah, menulis kelemahan di dalam ruang publik. Tapi, lebih baik menulis kelemahan dengan jujur. Karena tidak semua orang menulis jujur dengan dirinya sendiri.
Lihat Diary Selengkapnya
Lalu, apa yang bisa dipetik oleh pembaca dari kisah hidup saya? Teruntuk mahasiswa, selagi masih punya kesempatan, jangan pernah sia-siakan kebaikan dari orangtua. Karena pikiran kita dengan logika apapun, akan selalu terbentur di dalam dunia kerja atau realita hidup.
Memang, ilmu pengetahuan yang kita dapatkan di dunia perkuliahan tidak menjamin keberhasilan kita di dunia kerja. Tapi, setidaknya kita sudah memiliki softskill dan hardskill selama menekuni ilmu pengetahuan di dunia perkuliahan.
Karena yang menentukan keberhasilan kita di dunia kerja adalah softskill dan hardskill yang kita miliki.
Setelah sekian lama saya bergelut dengan angkara logika filsafat, akhirnya saya pun mendapatkan pencerahan dari sharing lintas profesi, budaya di dunia kerja. Terutama upgrade pendidikan.
Berani memulai, berani mengakhiri. Karena saya sudah berani mengundurkan diri dari dunia perkuliahan, saya pun harus berani mempertanggungjawabkan pilihan saya. Senada anda mahasiwa, berani memasuki dunia perkuliahan, berarti berani menyelesaikan perkuliahannya tepat pada waktunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Diary Selengkapnya
Saat menginjak usia 25 tahun mungkin sebagian orang akan merasa bahwa kita sudah harus merencanakan tabungan masa depan, menikah, mulai menata hidup, dan lain sebagainya. Sebelum mencapai usia 25, aku sudah mencoba memperjuangkan segalanya. Dalam artian, aku sudah mencoba untuk bekerja meski tidak benar-benar nine to five. Aku mencoba berbincang dengan diriku sendiri dan meyakini bahwa aku memang menyukai apa yang sedang aku kerjakan sekarang. Aku senang dan nyaman dengan pekerjaanku sekarang tapi aku juga merasa butuh warna baru dalam hidup. Di sisi lain, tidak mudah untuk bisa memulai hal baru, karena sesuatu yang familiar memang akan selalu terasa lebih nyaman sebenarnya.
Aku senang dan nyaman dengan pekerjaanku sekarang tapi aku juga merasa butuh warna baru dalam hidup. Di sisi lain, tidak mudah untuk bisa memulai hal baru, karena sesuatu yang familiar memang akan selalu terasa lebih nyaman sebenarnya.
Selama ini aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan orang lain di atas kebutuhanku pribadi. Aku seringkali mengalah untuk kepentingan orang lain. Terkadang ada situasi yang aku pun bingung bagaimana cara menanggapinya, tapi pada akhirnya aku tetap berusaha sebaik mungkin untuk hadir saat dibutuhkan. Tapi tahun lalu aku mulai berpikir, iya aku memang menikmati membantu orang lain, tapi aku juga mulai mencari sebenarnya apa yang diriku sendiri butuhkan. Bisa dibilang aku mulai soul searching, mencari apa yang bisa membuatku bahagia selain membahagiakan orang lain. Sampai akhirnya aku menemukan musik adalah jawabannya. Keputusan ini terasa sangat membahagiakan karena datang dari dalam diri bukan faktor eksternal.
Aku sudah mencoba banyak hal untuk bisa berkecimpung dalam industri musik sampai mencoba ikut audisi ajang pencarian bakat, walaupun masih belum berhasil. Sempat merasa putus asa dan merasa mungkin aku cukup hadir dari balik layar saja. Toh, aku pun senang setiap melihat ada musisi yang berbakat bisa berkembang secara musik. Tapi kemudian aku menyadari bahwa awal mulai kerja di label musik juga karena aku suka menyanyi, jadi kenapa nggak coba aku mulai saja sekarang. Untungnya aku juga bertemu dengan teman-teman yang sangat mendukungku untuk bermusik. Selain keberanian dari diri sendiri, aku sadar aku juga tidak mungkin bisa merilis single pertamaku, "Reckless" tanpa bantuan mereka.
Dorongan utama untuk memulai karir di dunia musik pada dasarnya adalah aku tidak mau menyesal. Aku tidak ingin ada kata “what if” di masa depan karena keputusanku untuk menyerah, jadi aku memilih untuk memberanikan diri merilis karya pertamaku. Lagu Reckless sendiri awalnya ditulis berdasarkan perspektif yang romantis tentang sosok si dia. Tapi saat menyelesaikan lagu ini, aku malah ingin melihat lagu ini sebagai cerminan diriku sendiri. Aku menerima bahwa memang aku kadang ceroboh. Di saat yang bersamaan, ketika suatu hal tidak berjalan dengan baik aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Cerita lagu ini sebenarnya paling personal dari lagu-lagu lain yang aku tulis, karena aku jarang ngomongin soal diri sendiri. Jadi, rasanya ini adalah lagu yang paling tepat sebagai perkenalan diri.
Aku tidak ingin ada kata “what if” di masa depan karena keputusanku untuk menyerah. Jadi aku memilih untuk memberanikan diri merilis karya pertamaku.
Kadang aku juga bisa salah ngomong atau salah tingkah, I’m also an overthinker. Kalau aku bersedia melepaskan diri, mungkin aku bisa melihat hal lain yang selama ini tanpa aku sadari tersingkir dari pengelihatanku karena aku terlalu terfokus pada satu bagian saja. Aku merasa kalau aku terlalu memikirkan suatu hal justru pada akhirnya semua hal yang berusaha aku seimbangkan jadi berantakan. Pada akhirnya aku yang masih manusia biasa. Satu hal yang juga aku yakini adalah kalau memang kita punya mimpi yang sangat ingin kita wujudkan, coba dulu aja. Kalau mau buat suatu karya, buat dulu dan coba untuk bisa konsisten. In order to make your dream, you gotta do all in. Coba turunkan ekspektasi saat baru memulai hal baru, karena semuanya butuh waktu. Jangan terpaku pada angka, ingat lagi kenapa kita mulai. Lihat angka sebagai gambaran pertumbuhan kita dalam berkarya, angka bukan tujuan akhir melainkan bagian dari proses. Sebagai musisi, kita pasti ingin untuk bisa berkarya dalam waktu yang lama.
Coba turunkan ekspektasi saat baru memulai hal baru, karena semuanya butuh waktu. Jangan terpaku pada angka, ingat lagi kenapa kita mulai. Lihat angka sebagai gambaran pertumbuhan kita dalam berkarya, angka bukan tujuan akhir melainkan bagian dari proses.